Teruntuk My Sister

Syukur alhamdulilah masih diberi kesempatan oleh Allah untuk berbenah dalam kehidupan. Tidak terasa ya, sudah bulan ke dua di tahun 2019, sepertinya dan rasa rasanya baru kemarin saya lulus TK. Tidak terasa pula, coming soon nih, ceritanya saudara perempuan saya yang usianya lebih muda 3‚5 tahun akan memulai kehidupan baru. Sungguh hati ini bercampur aduk rasanya, mulai dari senang, haru hingga sedih. Kenapa harus ada rasa haru dan sedih ya, padahal kan dia akan menuju ke arah yang semakin baik dan bahagia.

Untuk kata senang, sudah pasti saya sangat senang dengan rencana Allah yang satu ini. Tidak sabar pula punya tambahan saudara, yang akhirnya ada tambahan adik selain young sister. Rasa haru muncul karena terharu saja, pada akhirnya si dia akan belajar lebih banyak lagi untuk menjadi seorang wanita yang lebih baik dalam fase kehidupannya. Maaf lidah saya kelu untuk menyebut kata adik, karena memang kami berdua punya panggilan khusus satu sama lain.

Sedangkan kata sedih muncul dalam hati saya, karena sepertinya kami yang sudah jauh terpisah karena saya sudah lebih dulu mengikuti suami, akan semakin jauh lagi nampaknya. Meskipun sekarang sudah canggih, dan sepertinya jarak bukanlah batasan, namun tetap saja rasanya berbeda ketika kita bertemu dan bisa ngobrol secara langsung.

Selain itu, rasanya seperti mimpi. Perasaan baru kemarin kami bermain bersama, ataupun berkelahi sampai membuat Ibu kami kesal hehe. Sorry mak, we love you...

Mulai dari TK sampai lulus Universitas, kami ini satu almamater, hanya saja jurusan kita bebeda saat kuliah, tapi tetap saja masih satu fakultas dan gedung kuliah kami jaraknya dekat, bahkan sangat dekat.

Waktu kecil, saya selalu menjadi model bagi dia, karena Ayah selalu memberikan contoh saya sebagai kakak. Sebenarnya ada kekurangannya juga, karena hal tersebut membuat dia ingin seperti saya, padahal kita benar benar berbeda mulai dari minat dan bakat. Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu, dia menemukan hal yang intinya dia banget deh. Congrats yo Luz.

Karena usia kita yang berdekatan, kami ini sering sekali berkelahi, seperti berebut kamar mandi di pagi hari, sangat sepele yang kami permasalahkan. Terkadang bisa kompak juga untuk hal hal tertentu. Termasuk kenakalan, kami juga cukup kompak. Seperti membuat adik bungsu kami menangis contohnya, hehe.

Waktu SD dulu kami juga pernah dimarahi habis habisan karena membuat orang tua meradang. Kami bermain air di belakang rumah menggunakan selang, ceritanya ingin membuat hujan buatan, pokoknya seru heboh kita berdua jadi ikutan basah, yang kering cuma adik bungsu karena belum bisa ikutan kala itu, dia masih kecil sekali, hahaha.

Entah saking bahagianya atau bagaimana, kami tidak sadar kalau air yang kami mainkan muncrat sampai ke tetangga belakang rumah, beliau sudah sepuh, biasa kami panggil Mbah Kom. Kami pun tidak mengetahui jika air yang kami mainkan dengan heboh dan penuh canda tawa bisa meluncur sejauh itu, karena tembok belakang rumah memang sangat tinggi. Hal tersebut terjadi hampir setiap hari selama sepekan.

Setelah beberapa hari, sore hari kalau tidak salah. Ibu berlari ke rumah dan melaporkan kepada Ayah kalau selama ini saat kami sedang asik bermain air di belakang rumah, air tersebut sampai membasahi jemuran Mbah Kom yang sudah kering. Mbah Kom menyangka hujan tapi kok tanah yang lain kering, kata Mbah Kom dengan wajah sedih. Kala itu habis kami kena omelan dari Ibu. Bagaimana dengan Ayah kami, Ayah hanya bilang pada kami, OJO DIBALENI titik. Kami hanya mengangguk karena ucapan tersebut menggunakan Do tinggi, hehe. Suara ayah memang dulu membuat nyali kami jadi ciut. Sejak saat itu kami tidak lagi bermain air dengan selang, tapi kini kami bermain air langsung nyebur ke kolam ikan hahaha.

Masih banyak lagi tingkah polah yang kami buat, hingga akhirnya kami tumbuh dewasa dengan karakter masing masing. Saya yang kerajinan dan dia yang kurang rajin, sehingga selalu saja dibandingkan. Tujuan dibandingkan bukan untuk merendahkan, niatnya supaya menjadi semakin baik satu sama lain, dicontohkan yang baik, tapi sepertinya sudah karakter masing masing, jadi ya terus saja berjalan apa adanya hingga kami semakin dewasa.

Waktu terus berjalan, semakin banyak kenangan masa kecil kami yang penuh dengan kesederhanaan. Rumah mungil kami dulu yang masih terlihat susunan batanya, rumah kami dulu yang lantainya masih kasar, yang hanya punya satu kamar, tv yang hanya berukuran 14 inch, pokoknya sangat sederhana. Penuh kehangatan, canda tawa, rasanya bahagia sekali, bahkan kami sering bermain kartu remi bersama ibu dan ayah, yang kalah telinganya dijepit pakai jepitan jemuran. Hahaha, permainan jadul banget, kapan ya begitu lagi, hehe. Ah sudahlah, kapan kapan jawabnya. Mungkin nanti kalau Hyuga sudah paham.

Waktu berlalu, akhirnya saya masuk bangku kuliah, dan tidak lama saya memasuki semester atas, si dia menyusul dan sudah bisa ditebak ya, kami satu tempat kos. Ayah kami sangat paham dengan karakter kami, sehingga meskipun satu kos, kami tidak satu kamar. Masih sama, tetap saja kami dibanding bandingkan dengan teman kos. Kamar saya yang super rapih berbanding terbalik dengan kamar si dia yang super berantakan.

Tapi bukankah hal tersebut sudah biasa, jadi ya... Kita si biasa aja. Di campus, terkadang berangkat bareng kalau ada jam yang kebetulan sama, laptop juga dulu masih barengan. Ya begitulah, hingga akhirnya saya wisuda. Setelah wisuda saya masih tinggal satu kos dengan si dia, namun kali ini sudah berpindah ke tempat kos yang lebih murah dan berita baiknya kami tinggal dalam satu kamar, hanya beda kasur.

Selama setahun kami berada dalam tempat yang sama, membuat kami semakin sering berdebat masalah kebersihan. Ya, saya memang sangat kesal dengan barang barang si dia yang berantakan di atas tempat tidur, apa lagi kalau pas pulang kerja, si dia lagi sama teman teman nya di dalam kamar, itu kasur udah kaya tempat sampah. Saya selalu marah marah, tapi sia dia sudah hafal dengan karakter saya, marah ya udah marah, setelahnya normal kembali dengan sendirinya. Ketawa bareng lagi, curhat curhatan lagi, semuanya lah ya, hehe.

Masih segar dalam ingatan rasanya, baru kemarin kami tertawa dalam kamar kos, saling lempar pakaian kotor, bergosip, cari makan bareng, rebutan kerudung dimana si dia selalu mengalah, bernyanyi bersama meskipun nada saya selalu salah dan si dia protes karena nada yang saya nyanyikan kurang tepat. Tak apalah, apapun itu yang penting kami bahagia.

Semuanya sangat cepat berlalu, hingga akhirnya saya merantau ke Ibu Kota, jadi jarang deh ketemu si dia. Tak mengapa, meskipun pertemuan kami semakin jarang, bisa dibilang setahun hanya dua atau tiga kali, komunikasi kami selalu yang terdepan walaupun kadang kadang aja terdepannya.

Moment yang tidak pernah terlewatkan ketika kami bertemu di rumah adalah ngobrol sampai larut malam, bahkan terkadang sampai subuh. Entah apa yang kami perbincangkan tapi tak pernah ada habisnya topik yang kami bicarakan. Selalu ada lagi ada lagi, pokoknya tidak pernah selesai, terus dan terus berlanjut. Kami selalu bertukar pikiran dan pendapat. Ada kalanya juga kami saling berbeda pendapat.

Kini si dia akan segera menuju jenjang yang lebih lagi, dimana dia akan pergi ke tempat yang jauh bersama seorang Eko bukan Eka, dimana sepertinya kami akan semakin jarang bertemu. Bisa jadi setahun sekali, atau bahkan lebih. Tidak mengapa, itulah kehidupan.

Doa ku adalah semoga engkau bahagia, semakin dewasa, istiqomah dan sabar. Jadilah wanita yang sesungguhnya, jadilah penjaga paru paru dunia yang baik. Apa hubungannya dengan paru paru dunia? Hanya dia yang tau hehe.

Kelak aku, Hyuga senior dan junior pasti akan berkunjung menemuimu untuk belajar tentang alam dan bagaimana cara memanen serta mengolah pakis menjadi masakan ala resto. hahaha.

Special for my young sister, aku bukanlah kakak yang sempurna, tapi aku akan selalu ada untuk kalian kapanpun itu meskipun kita tidak berada di tempat yang sama. Ingatlah kita masih berada di bawah langit yang sama. Kenangan masa kecil kita hingga saat ini memang sangat berliku, sangat panjang, rasanya pun sangat beragam. Mulai dari manis, asam, pahit, semua sudah pernah kita rasakan. Hanya kita yang tau, karena rasa itulah yang membuat kita tumbuh menjadi semakin kuat. Semoga kehangatan keluarga kita di masa kecil mampu menjadi kenangan indah yang membuat kita memberikan kehangatan untuk keluarga baru kita masing masing, kapanpun dan dimanapun kita berada.

SEMANGAT, 😁😁😁


Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BUKU IRODORI DARI JAPAN FOUNDATION

Oleh-oleh Diskusi Parenting “Menjadi Bunda Yang Tangguh Untuk Generasi Milenial”

Kaiwa 会話