INTERPRETER
Interpreter atau penerjemah lisan merupakan pekerjaan yang cukup menantang dan unik menurut saya. Disini saya akan berbagi cerita mengenai interpreter khususnya Japanese Interpreter. Japanese Interpreter atau penerjemah bahasa jepang adalah salah satu pekerjaan yang cukup banyak diminati oleh mereka yang menguasai bahasa jepang, terutama bagi mereka yang memiliki ketrampilan dalam berkomunikasi.
Pekerjaan ini membutuhkan kemampuan bahasa jepang di atas rata rata. Selain itu sebagai penunjang di dunia pekerjaan, bukan hanya kemampuan linguistik yang kita butuhkan, tapi kemampuan dalam menggunakan berbagai macam software, serta yang paling utama adalah keinginan untuk terus belajar dan berkembang.
Saya ingin berbagi sedikit sedikit cerita selama saya menjadi seorang penerjemah. Awalnya, bayangan yang ada dalam pikiran saya adalah, menjadi penerjemah hanya yang penting terampil menggunakan bahasa jepang terutama kaiwa. Ternyata saya salah besar, jadi begini ceritanya.
Jadi, begini awalnya, sebelumnya saya bekerja sebagai seorang pengajar bahasa jepang di lembaga pendidikan dan ketenagakerjaan selama satu tahun (mengajar calon kenshuusei). Saya merasa lama kelamaan saya merasa jika pekerjaan saya menjadi monoton dan membuat saya sedikit kurang berkembang. Ingin kuliah lagi, tapi pada saat itu kodisinya sangat tidak memungkinkan karena beberapa faktor. Saya kemudian memutuskan mencari pekerjaan yang memang saya idamkan sejak saya masih kuliah.
Selanjutnya saya mencoba mencari pekerjaan sebagai interpreter melalui JobStreet. Tidak lama kemudian, saya mendapat panggilan untuk mengikuti tes di perusahaan tersebut. Singkat cerita saya pun hijrah dari desa ke kota untuk mengadu nasib. Sesampainya di tempat tersebut, saya bingung karena baru pertama kali saya tau kalau ada yang namanya Kawasan Industri. Pada waktu itu saya naik bus Agra Mas dari Pasar Rebo sampai KIIC atau Karawang International Industrial City, malah curhat.
Pada waktu itu saya dipanggil untuk tes di perusahaan makanan, hmmm yummy ya kelihatannya, makanan gitu. Tes yang saya lalui seperti biasa, mengisi biodata, kemudian tahap selanjutnya yaitu psikotes, tes ini sangat penting karena karakter dan kemampuan kita akan dibaca oleh empunya perusahaan. Setelah itu wawancara dengan HRD manager dan supervisor. Pada tahap ini masih aman, karena pertanyaan yang diberikan bisa saya lalui dengan lancar. Tahap selanjutnya saya sedikit dag dig dug karena harus mensetsu sama Nihon jin nya, beliau bernama Manabu Miyamoto.
Setelah awalnya grogi, akhirnya saya bisa juga melalui tahapan ini dengan lancar. Eits tapi tunggu dulu, tahap berikutnya membuat nyali saya menciut, karena beliau meminta saya membaca majalah Jepang asli, yang isinya rumput kering semua alias kanji, perlahan tapi pasti saya pun bisa membaca bagian majalah tersebut walaupun terbata bata dan berkeringat.
Setelah semua selesai, masih ada lagi ternyata, setelah makan siang saya masih harus wawancara dengan HRD lagi, tapi eigo, alias bahasa inggris. Rasanya belibet banget, maklum saya sudah lama tidak mengasah kemampuan bahasa inggris saya hehehe. Meskipun terbilang hancur, tapi saya bisa melaluinya. Kemudian yang terakhir yaitu tes kesehatan. Alhamdulilah setelah melalui banyak tahap, selesai juga tes selama sehari. Keesokan harinya saya mendapat kabar kalau saya diterima. Rasanya mau terbang, karena tidak saya sangka saya lolos, horeee...
Itu tadi baru cerita awal yang terkesan indah, masih ada cerita selanjutnya tentang pengalaman kerja sebagai interpreter yang ternyata, haha mantap.
Dua minggu kemudian, tibalah hari pertama saya masuk kerja. Diawali dari bangun pagi sekali, karena saya harus naik ojek ke kantor waktu itu, maklum belum tau mobil jemputannya yang mana. Pagi itu sudah membuat saya gelisah takut terlambat, meskipun jam masuk kantor pukul 08:00, saya sudah keluar dari tempat kos pukul 06:00 pagi. Maklum karyawan baru, takut terlambat hehe...
Benar dugaan saya, semuanya tidak berjalan mulus, saya harus berjalan kaki sampai pangkalan ojek dengan sepatu hak tinggi yang lumayan bikin kaki saya lecet. Akhirnya dapat ojek juga, terasa sedikit lebih lega, tapi belum selesai kegelisahan saya. Kali ini saya dibuat kesal oleh tukang ojek yang satu ini, ternyata dia tidak tau alamat kantor saya, saya sendiri lupa lupa ingat karena baru sekali kemarin waktu mengikuti tes.
Owh iya, saya ingat, patokannya adalah PT. Yamaha Motor, karena sudah terlanjur lelah dan kesal, saya minta turun saja di depan PT. Yamaha, kemudian saya bayar tukang ojek itu, kesal dan kasihan karena bapak tukang ojek itu sudah cukup sepuh, tapi yowes piye meneh, aku rapopo Pak. By the way arigatou gozaimashita ya Pak.
Selanjutnya saya berjalan kaki menyusuri jalan, dan dengan nafas terengah engah dan keringat bercucuran, sampai juga di kantor baru hehhe, Alhamdililah... Pak satpam pun mempersilahkan masuk, kemudian saya menunggu HRD supervisor yang bernama Pak Amir di lobi kantor sambil ngadem, segerrr...
Sembari menunggu, saya clingukan sendirian, karena ternyata saya tiba di kantor pukul 07:30, yang kata OB di sana, saya kepagian datangnya, karena biasanya yang lain tiba di kantor 07:45. Tidak mengapa, haya kereba hayai hodou desune... Setelah menunggu, tidak lama saya bertemu Pak Amir yang akan memandu dan mengenalkan saya dengan pekerjaan saya. Beliau menunjukan meja kerja saya, kemudian mengenalkan saya kepada seluruh staff, supervisor, manager, directour, presdir dan owner. Untuk directour saya sudah kenal waktu tes, karena beliau user saya, ya... beliau adalah Manabu Miyamoto.
Awalnya saya hanya diberi petunjuk untuk membuka file interpreter yang berisi berbagai macam pekerjaan saya selanjutnya. Apa yang ada di pikiran saya saat itu ketika melihat file tersebut. Saya ingin risign, ingin menangis, ingin pulang kampung, ingin mengulangi kuliah lagi hahaha, nyali serasa menciut padahal baru buka file, belum yang lain. Sangat konyol bukan, tapi itu reaksi sesaat saya setelah membuka semua file.
Saya merasa pusing, karena saya merasa menjadi orang paling bodoh saat itu, tidak tau harus berbuat apa, belum selesai pusing saya melihat file dengan kanji yang tidak saya pahami satupun, Miyamoto san meminta saya untuk mengikuti production meeting. Apaan tuh production meeting? dalam hati bertanya tanya. Beliaupun berkata, "Eka san, kiroku shite kudasai". Sambil membawa buku dan pulpen, saya hanya berkata "Hai".
Apa yang terjadi di ruang meeting, saya pusing dengan pembahasan yang sama sekali tidak saya pahami, saya merasa seperti vas bunga, owh tidak, lebih tepatnya cicak yang menempel di dinding ruang meeting, hahaha...
Setelah selesai meeting, saya memberanikan diri untuk menuju meja Miyamoto san, saya berkata pada beliau, saya bisa berbahasa jepang untuk komunikasi sehari hari, namun untuk menjadi penerjemah di bidang tertentu, dimana notabene ini adalah kali pertama saya bekerja di perusahaan, saya masih belum tau apa apa, saya akan berusaha mempelajari semua seluk beluk perusahaan dan menjadi penerjemah yang baik selama masa percobaan 3 bulan, namun saya mohon bimbingan dari Miyamoto san khususnya mengenai istilah di dalam perusahaan ini. Sebelumnya saya minta maaf.
Mendengar kejujuran saya, betapa terkejutnya saya, ternyata beliau sangat bijaksana, beliau memaklumi dan meminjamkan buku tentang istilah dan seluk beluk perusahaan versi Jepang Indonesia. Sedikit lega rasanya, tapi dari sinilah perjuangan dimulai. Bahkan bukan hanya belajar dari nol, tapi dari minus. Pelajaran selama kuliah 4 tahun hanyalah dasar agar kita bisa berkomunikasi dan mengenal nihon go, tapi jika kita ingin semakin lancar dalam berbahasa, kita harus mengembangkan potensi diri dengan memperkaya kotoba di luar mata kuliah. Kuliah saja tidak cukup untuk menopang menjadi seorang interpreter yang baik.
FYI, ada perusahaan yang mempunyai interpreter sebagai tim work dalam satu department atau interpreter tunggal. Saat itu saya menjadi interpreter tunggal sehingga secara administratif saya berada di bawah department HRD dan GA. Oleh sebat itu, meskipun pekerjaan utama saya adalah interpreter namun saya juga harus mengerjakan tugas HRD dan GA, mulai dari recruitment, payroll, training, mengurus catering, transportasi, membuat report, dan saya dituntut untuk lihai mengoperasikan excell. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing. Jika tim work, pastilah pekerjaan menjadi lebih ringan. Apabila tunggal, sangat melelahkan namun kesempatan untuk belajar hal baru terbuka luas.
Selama kuliah, saya memang lebih cenderung menggunakan word ketimbang excell, jadi mau tidak mau saya harus belajar lagi dari nol. Belajar rumus excell lagi. Melalui bahasa jepang saya belajar banyak hal. Tidak hanya memperdalam bahasa jepang itu sendiri, tapi saya juga belajar mengenai dunia industri, mesin, belajar ilmu hukum, psikologi, teknologi makanan, proses produksi, accounting, budget, halal, ISO, dan BPOM. Intinya banyak sekali wawasan yang saya peroleh. Sangat menyenangkan, diawali dengan ketidaktahuan akhirnya saya mulai mengerti dengan terus belajar pada apa yang saya kerjakan. Saya semakin cinta dengan ilmu bahasa, karena melalui bahasa itulah saya mengetahui lebih banyak lagi tentang sesuatu yang sebelumnya tidak saya ketahui bahkan terlintas di kepala.
Selama tiga bulan di perusahaan, saya tergolong beruntung, karena mendapat atasan yang terus memberi saya semangat dan memberikan bimbingan yang baik. Menurut atasan, perkembangan saya tergolong baik, dari yang tidak tau apa apa, sampai saya menjadi lebih lancar dalam bekerja, baik interpreter ataupun HRD dan GA, tapi itu semua tidak mudah.
Untuk mewujudkannya, setiap pulang kerja saya belajar nihon go tentang perusahaan, istilah khusus yang sering dipakai, semua saya pahami, termasuk kanji nya. Demikan pula dengan excell, setiap ada waktu luang di kantor bahkan waktu istirahat, saya belajar excell mulai dari rumus sederhana sampai yang rumit. Ada di titik tertentu, rasanya saya ingin menyerah, tapi semangat yang diberikan atasan dan seseorang, membuat saya maju terus pantang mundur.
Namanya juga witting bisa jalaran saka biasa, alias bisa karena terbiasa, akhirnya saya bisa juga. Benar kata pepatah ありえないことではない. Tidak ada hal yang tidak mungkin selama kita mau berusaha, karena doa dan usaha selalu berbanding lurus dengan hasil.
Bagi minnasan yang masih menjadi mahasiswa bahasa jepang khususnya, tentukan pilihan minnasan selagi masih di bangku kuliah, minnasan ingin kemana dan bagaimana setelah lulus. Kejarlah ilmu seluas luasnya, bukan mengejar nilai A, dan IPK saja ya, karena nilai hanya akan mengantarkan minnasan pada panggilan tes, bukan lulus tes. Contohnya begini, apa artinya nilai A pada mata kuliah bunpo jika minnasan diminta untuk menceritakan diri sendiri dengan bahasa jepang saja tidak bisa.
Tapi bukan berarti pula minnasan tetap santai meskipun mendapat rantai Carbon alias nilai C. Iya C itu cukup, tapi bukankah akan lebih baik jika B atau bahkan A. Utamanya adalah, belajar dengan baik, perluas wawasan serta soft skill kalian. Bahkan, Bahasa Inggris juga harus kalian asah, karena nilai lebih jika minnasan mampu menguasai dua bahasa ini.
Satu lagi yang paling utama, yaitu tingka laku. Attitude yang baik jauh lebih diutamakan dari pada kemampuan otak yang tinggi. Pertama attitude, kedua kemampuan. Jangan terrbalik ya, karena attitude buruk mampu membawa kecerdasan minnasan kepada mala petaka.
Ingat, belajarlah dengan kecintaan, keikhlasan dan kejujuran maka nilai akan mengikuti dengan sendirinya. Lebih baik menangis di campus dari pada di tempat kerja. Sensei akan selalu memberi minnasan kesempatan untuk belajar lebih baik lagi, karena campus adalah tempat belajar dimana kesalahan adalah wajar bagi seseorang yang sedang melalui proses belajar. Tapi tempat kerja tidak seindah campus tercinta ya. Tempat kerja itu nyata dan bukan tempat untuk memperbaiki kesalahan. Tidak ada istilah mengulang di tempat kerja, yang ada yaitu istilah game over alias cut off alias pecat.
Semoga cerita saya bisa bermanfaat bagi minnasan yang membaca, meskipun sedikit.
じゃまた、頑張りましょう \^^/
teriamaksih atas informasinya dan jangan lupa kunjungi kami di http://rahma-store.com/sabun-jerawat-batu/
BalasHapus