Metode Induktif dan Deduktif

Metode pembelajaran sangat banyak jenisnya, salah satu yang akan saya bahas adalah metode Induktif dan metode Deduktif. Bagi minnasan yang ingin menjadi pengajar khususnya pengajar bahasa Jepang, bisa mengaplikasikan kedua metode di atas.

Metode Deduktif lebih sering digunakan dalam penyampaian materi karena lebih praktis. Akan tetapi dalam metode ini, pembelajar cenderung pasif dan hanya hanya menerima inti pelajaran seperti biasa. Jika diibaratkan anak kecil yang sedang makan, mereka hanya tinggal membuka mulut dan kita menyuapi mereka, lalu selesai. Mereka tidak mengerti bagaimana caranya menggunakan sendok, garpu atau sumpit.

Untuk metode Induktif, siswa dituntut untuk berusaha berfikir menyimpulkan inti materi yang disampaikan, sehingga dengan mereka menyimpulkan sendiri, akan membuat mereka lebih mengingat dan memahami inti materi yang disampaikan. Jika diibaratkan bayi yang sedang belajar makan, biarkan mereka memegang sendiri sendok dan garpu, meskipun berantakan, tapi mereka mengerti apa itu makan. Mulai dari cara makan, apa yang dimakan, dan bagaimana makan itu dilakukan.

Berikut adalah contoh penggunaan kedua metode ketika pengajar akan menyampaikan sebuah pola kalimat. Misalkan saja pola kalimat kepemilikan,
~の~です。

METODE DEDUKTIF
Dengan metode ini, pengajar bisa langsung menjelaskan fungsi pola kalimat tersebut, kemudian mencontohkan kalimat. Setelah mencontohkan beberapa kalimat, biarkan siswa berlatih dengan membuat kalimat sendiri. Cukup mudah dan tidak terlalu membutuhkan banyak waktu. Hanya perlu melatih siswa membuat kalimat dengan pola kalimat tersebut.

METODE INDUKTIF
Metode ini kebalikan dengan metode deduktif. Pengajar langsung memberikan contoh kalimat dengan pola kalimat yang akan disampaikan, sebanyak dua atau tiga. Misalkan,

私の本です。
Watashi no hon desu

リナさんのえんぴつです。
Rina san no enpitsu desu.

あの人の車です。
Ano hito no kuruma desu.

Sampaikan kalimat tersebut dan biarkan siswa berpikir sejenak untuk menyimpulkan pola kalimat yang terdapat dalam kalimat tersebut.

Hal ini akan sedikit membutuhkan waktu, karena siswa harus berpikir sejenak, selain itu akan ada kemungkinan kesalahan dalam kesimpulan, bisa saja hasil yang pengajar harapkan tidak sesuai, kembali lagi pada sumber daya murid tersebut.

Kedua metode di atas memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing. Metode mana yang hendak digunakan pengajar, tidaklah menjadi masalah, yang terpenting adalah tercapainya tujuan pembelajaran.

Ada baiknya, jika sebagai pengajar melakukan observasi terhadap siswa yang akan kita beri pelajaran. Bagaimana kemampuan mereka secara menyeluruh, fasilitas yang menunjang dan tidaknya juga harus diperhatikan. Setelah itu, barulah kita pilih metode mana yang paling tepat. Jika satu metode belum berhasil, maka tidak ada salahnya menggunakan metode yang lain, karena tidak ada metode yang sempurna.

Ingat, yang terpenting adalah tercapainya tujuan pembelajaran.

Semoga membantu (*˘︶˘*).。.:*♡
ではまた、頑張ってください。

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BUKU IRODORI DARI JAPAN FOUNDATION

Oleh-oleh Diskusi Parenting “Menjadi Bunda Yang Tangguh Untuk Generasi Milenial”

Kaiwa 会話